Rabu, 02 Januari 2019

Kausalitas

Senja sore ini langit begitu merah merayu….. memanjakan rasa lelah setelah sehari beraktivitas. Tidak heran seorang perempuan paruh baya menumpahkan semua rasa lelah itu di sebuah resto dekat kantornya, untuk sekedar menikmati secangkir teh hangat di bawah rona merah langit sore dan teduhnya angin kala itu, berharap amarah yang dibawa dari kantor mereda. Ia memilih tempat duduk yang paling tepi, setelah duduk ada seorang pelayan menghampirinya, memintanya untuk pindah tempat duduk karena tempat itu telah dipesan oleh orang lain sebelumnya. Perempuan itu menjadi geram, sedikit berdebat dengan pelayan tersebut, dengan marah ia terpaksa pindah tempat duduk. Ia pun memesan secangkir teh dan beberapa kudapan, teh hangat yang ingin segera dinikmatinya. Pelayan tersebut dengan senyuman yang selalu menghiasi dan ucapan yang santun meminta perempuan tersebut menunggu sebentar untuk pesanannya. Tidak berapa lama pelayan itu pun terlihat mendekatinya dengan membawa secangkir teh dan kudapan dengan sebuah nampan. Saat pelayan tersebut hendak meletakkan secangkir teh di meja, tiba-tiba tangannya tersenggol oleh pelanggan lain yang sedang berjalan melewatinya, teh itupun tumpah sempurna membasahi lengan baju dan sebagian badan perempuan paruh baya tesebut. Sontak ia berteriak dan marah-marah kepada pelayan tersebut, meskipun dengan wajah penuh penyesalan pelayan tersebut meminta maaf dan akan segera mengganti dengan pesanan yang baru, namum perempuan itu makin marah bahkan memukul pelayan tersebut. Perempuan paruh baya itu akhirnya menemukan pelampiasan atas kekesalannya di kantor, ia datang ke resto tersebut dengan membawa amarah, maka sedikit saja tersulut, menyalalah kobaran amarah tersebut dan yang menjadi pelampiasan adalah pelayan resto yang tidak sengaja menumpahkan teh pesanannya. Perempuan paruh baya itu tidak bisa menahan amarah yang bertumpuk, ia menumpahkan semuanya pada pelayan tersebut, mengumpatnya dengan kasar, mendorong-dorong badannya dan memakinya berkali-kali. Pelayan tersebut hanya tertunduk menerima semua umpatan dan terus memohon maaf atas ketidaksengajaan tersebut. Akhirnya perempuan paruh baya itu berhenti mengumpat setelah pemilik resto melerai dan memohon maaf. Perempuan tersebut tanpa memberi maaf langsung meninggalkan resto dengan mengendarai mobilnya, sementara mulutnya terus memaki dengan lirih. Pemilik resto dengan bijaknya menasehati pelayan tersebut dan berkata “Seharusnya kamu tidak perlu memina maaf berkali-kali kepada pelanggan yang seperti itu, kamu bisa memanggil satpam untuk mengusirnya, resto kita bukan tempat sampah yang orang datang semaunya untuk menumpahkan segala amarah dan kekesalannya disini, kenapa kamu diam saja dan menerima semua sikap buruknya kepadamu?”. Pelayan tersebut hanya tersenyum. Sesampainya di rumah perempuan paruh baya tersebut mendapati anak lelakinya yang baru SMA dengan tubuh memar disana-sini. Anaknya baru saja dicegat preman, karena ia tidak mau menyerahkan dompet dan HPnya maka ia dipukuli, meskipun dompet dan HPnya tetap raib, dirampas oleh preman. Sementara sang pelayan sesampainya di rumah mendapati ibunya sedang menangis, merintih dengan lirih dan penuh syukur, dalam doanya ia selalu menyebut nama anaknya, agar selalu menjadi orang yang baik. Sang anak yang penasaran mengapa ibunya begitu syahdu dengan doa-donya, yang biasanya saat ia pulang ibunya sudah tertidur karena lelah setelah jualan sayur keliling, sang anak pun menunggu dengan sabar sampai ibunya selesai berdoa. Setelah selesai berdoa dan melipat mukenanya sang ibu menemui anaknya yang sedang duduk dibelakangnya. Sang anak mencium tangan ibunya lalu memeluknya dan mengatakan terimakasih karena selalu mendoakannya. Sang ibu lalu bercerita bahwa tadi gerobak sayurnya tidak sengaja menggores mobil seorang pemuda yang sedang parkir di pinggir jalan. Pemuda itu keluar dengan raut muka yang begitu marah dan siap mengumpat pada ibu. Ibu pun langsung minta maaf dan bersedia mengganti rugi tapi dengan dicicil. Setelah beberapa saat, mungkin ia butuh waktu untuk menahan amarahnya, pemuda itu justru memaafkan ibu dan tidak perlu mengganti rugi untuk perbaikan mobil. Saat itu ibu tidak dapat menahan air mata, mengusap rambut pemuda itu dan ibu doakan semoga ia selalu baik kepada semua orang. Pemuda itu pun tersenyum dan membantu ibu menyeberang jalan. Ibu tidak tahu kenapa pemuda itu begitu bersikap baik pada ibu, tidak marah, tidak minta ganti rugi dan justru menolong ibu. Inilah yang ibu sebut kebaikan Tuhan, karena itu ibu selalu mendoakanmu menjadi orang yang baik.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ , وَ مَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًا يَرَهُ
. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan keburukan/kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Q.S. Az-Zalzalah Ayat 7-8). Inilah yang kemudian disebut sebagai hukum kausalitas atau hukum sebab akibat atau orang biasanya menyebutnya sebagai hukum karma. Lihat pada peristiwa yang terjadi di resto. Seorang perempuan paruh baya berteriak-teriak memaki sang pelayan, memukul dan mendorongnya. Disaat lain anaknya sedang dipukuli oleh preman, anaknya mendapatkan perlakuan yang hampir sama dengan apa yang sedang sang ibu lakukan terhapat pelayan, semua sikap, perilaku, cacian, dan pukulan yang ia arahkan pada sang pelayan langsung berbalik pada sang anaknya. KAUSALITAS…. Sementara sang pelayan yang menerima perlakuan perempuan paruh baya tersebut, meskipun dicaci maki dan dipukul ia terus minta maaf padahal pelayan tersebut bisa saja memanggil satpam dan mengusir perempuan itu, tapi justru ia menerima dengan ikhlas. Disaat lain ibu sang pelayan mendapat perlakuan baik dari seorang pemuda yang mobilnya tidak sengaja tergores oleh gerobak sayurnya. Padahal bisa saja pemuda itu marah-marah dan minta ganti rugi. Perilaku baik yang dilakukan oleh sang pelayan juga langsung berbalik pada perilku yang diterima oleh ibunya, karena sang pelayan menerima dan tetap bersikap baik dengan terus meminta maaf, disaat lain ibunya langsung diterima maafnya oleh sang pemilik mobil. KAUSALITAS….. Mari kita berandai-andai sebentar….. jika saja perempuan paruh baya itu bersikap baik dan memaafkan sang pelayang, maka bisa jadi anaknya tidak bertemu preman saat pulang sekolah. Dan jika saja pelayan tersebut tidak minta maaf pada pelanggannya dan meminta satpam mengusirnya, maka bisa jadi ibunya mendapat marah dari pemuda yang mobilnya ia gores, bahkan bisa jadi harus mengganti rugi kerusakan. Inilah KAUSALITAS Kembali pada peristiwa-peritiwa….. peristiwa preman yang memukul anak SMA, kalau dihubungkan lagi dengan peristiwa lain terkait dengan kehidupan preman, ia juga akan mendapatkan perilaku yang sama, entah langsung berbalik pada dirinya atau pada keluarganya. Sikap Sang pemuda pemilik mobil pun sama, jika dihubungkan lagi pasti akan ada yang terkait dengan sikap yang diterima dari orang lain. Maka setiap peristiwa pasti akan berhubungan dengan peristiwa-peristiwa lain, membentuk suatu mata rantai hubungan sebab akibat. Jika pun kita tidak menerima balasan di dunia, atau kita lolos dari hukuman di dunia, kita tidak akan pernah lolos dari hukuman di akhirat. Sesuai dengan bunyi surat az-zalzalah ayat 7 dan 8, itu adalah janji Allah, dan janji Allah pasti terjadi.
Siapa yang menanam, dialah yang menuai
Kita tidak bisa hidup hanya demi diri sendiri, ribuan benang menghubungkan kita dengan orang-orang di sekitar kita dan diantara benang-benang itu bagai benang saluran simpatik, tindakan kita mengalir sebagai sebab, dan datang kembali kepada kita sebagai akibat(Herman Melville)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kausalitas

Senja sore ini langit begitu merah merayu….. memanjakan rasa lelah setelah sehari beraktivitas. Tidak heran seorang perempuan paruh baya men...