Rabu, 21 November 2012

every family part 2

Setiap keluarga berdamping dengan masalah
(bagian 2)
          Setiap keluarga berdamping dengan masalah. Kadang masalah itu menjadi pemicu pertengkaran, merenggangkan hubungan keluarga. Tidak hanya keluargamu saja, semua keluarga pasti punya masalah, entah itu tentang ekonomi yang pas-pasan, pendidikan yang rendah, masalah keyakinan, beda pendapat, masalah perjodohan yang sering diperdepatkan. Ibu, ayah, kakak, adik, dan aku pun mungkin saja sering adu mulut karena mempertahankan ego masing-masing. Masalah bisa saja timbul karena keluarga itu sendiri, kadang juga karena keterlibatan keluarga lain.
          Kamu yang selalu mengeluh tentang masalah dikeluargamu yang kamu limpahkan kesalahan seolah padaku. Kamu pun pernah menjadi sumber masalah bagi keluargaku. Tapi rasanya tak bijak jika aku selalu menyalahkanmu. Bukan kamu, pun bukan aku yang menjadi pemicu masalah ini. Semua itu hanya sentilan dari Tuhan yang sedang mengingatkan kita, karena selama ini mungkin sujudku terlalu miskin makna, sujud yang hanya sebatas ritual. Ya…. Dengan cara-Nya itu, Dia mengingatkatku yang sedang lalai dengan ibadahku sendiri, dengan kebutuhan batinku yang selama ini kering menyebut asma-Nya.
          Masalah yang semakin memuncak, air mata yang mulai mengering, menguras semua emosi yang ada, dan keluar dalam bentuk kemarahan, protes kepada Tuhan, dan seolah ini tak adil bagiku dan keluargaku. Bukankah kami selama ini taat pada-Mu Tuhan, bukankah selama ini kami menjalankan perintah-Mu Tuhan…. Tapi kenapa masalah itu datang, menghancurkan semua rencana indah kami di masa depan, rencana yang sudah tertata rapi tiba-tiba menjadi berantakan, seperti rangkaian mutiara tanpa ikatan. Kenapa….. dan selalu berakhir dengan sebuah tanya yang belum terjawab…
          Sampai suatu saat kami pun mengerti kenapa semua masalah itu terjadi….. seiring berjalannya waktu kami pun menemukan satu-persatu jawaban atas masalah kami. Semua memang bersumber dari kami sendiri, karena kami lalai dengan rasa kesyukuran kami pada Tuhan, hingga Dia mengingatkan kami dengan sebuah “kehilangan, sedikit ketakutan, dan rasa lapar”. Tapi Dia selalu memperbaiki semua yang retak dengan cara-Nya yang unik, itu saja kalau kami mau. Perlahan dan pasti Dia menunjukkan pada kami banyak pelajaran tentang hidup, tentang arti sebuah kesyukuran, tentang indahnya berbagi, tentang manisnya iman.
          Dan benar tentang arti sebuah pepatah, “siapa yang menanam, dialah yang menuai” jika keluargamu sedang menghadapi masalah mungkin karena engkau lupa tentang berbagi, atau mungkin tanpa sadar kamu pernah menyakiti hati orang lain. Jadi sebelum menyalahkan orang lain, lebih baik intropeksi terlebih dahulu, apa yang salah, apa yang kurang selama ini.
          Dan …. Yakinlah setiap keluarga tidak hanya berdampin dengan masalahnya masing-masing, tapi disisinya juga ada penyelesaiannya masing-masing. Setiap penyakit pasti ada obatnya, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, karena Tuhan memang menciptakan semua hal dengan berpasang-pasangan. Agar manusia banyak belajar dari situ. Ada hitam, ada putih. Ada wanita, ada laki-laki. Ada sahabat, ada musuh. Ada kiai, ada pelacur. Ada orang jenius, ada orang down sindrom. Ada kalah, ada menang. Ada siang, ada malam. Ada salah, ada benar. Ada cinta, ada benci. ada kebersamaan, ada kesepian. Ada pertemuan, ada perpisahan. Ada hidup, ada mati. Itu semua diciptakan Tuhan bukan tanpa sebab, tak lain adalah agar manusia menghargai sebuah senyum, ketika sudah merasakan tangis, mensyukuri kekayaan karena ada kemiskinan. Adanya pelacur membuat manusia belajar tetang menghargai diri sendiri. Adanya kehilangan agar manusia belajar arti sebuah kepemilikan.

“kenapa orang2 baik sering kali hidupnya sengsara dan ga kaya? Karena Tuhan tahu kadar mereka, bisa jadi dalam kondisi itulah mereka lebih dapat mensyukuri hidupnya, dan bisa jadi ketika Tuhan memberikan kesenangan pada mereka, mereka akan lupa hakikat hidup, dan arti kesyukuran. Tuhan ingin memberikan pelajaran yang banyak dari kesyukuran itu daripada hanya menganugerahi banyak kesenangan tanpa banyak pelajaran (Mario teguh)”

“Kalau kita mau sedikit saja merenung, ternyata banyak keajaiban Tuhan di dunia ini maupun diantara kehidupan kita. Jika saja kita mau, Dia selalu menunjukkan betapa Dia Maha Penyayang, (nayla en-najma)
“Tuhan….dengan cara-Nya sendiri yang unik, memperbaiki semua yang retak, (DhieFie Syahida)”

“boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (al-Baqarah:216)”

Memory @eidelwis Yogyakarta, 22 November 2012
Dedicate for my friend
Octavian Muning Sayekti
By
Dhie Fie Syahida

Kamis, 18 Oktober 2012

perubahan

ketika aku masih muda dan bebas berkhayal
aku bermimpi ingin mengubah dunia
seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku
kudapati bahwa....
dunia tak kunjung berubah

maka cita-cita itu pun aku persempit
lalu kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku
namun nampaknya...
hasrat itu tiada hasilnya

ketika usiaku semakin senja
dengan semangat yang masih tersisa
kuputuskan untuk mengubah keluargaku
tetapi celakanya....
mereka pun tiada mau diubah

dan kini
sementara aku terbaring saat ajal menjelang
tiba-tiba kusadari....

"andaikan yang pertama-tama aku ubah adalah diriku
maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan
mungkin aku bisa mengubah keluargaku
lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka
bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negeriku
kemudian siapa tahu
aku bahkan bisa mengubah dunia"

author unknown

"...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..." [Q.S. ar-Ra'd 13:11]

dia.... adalah ibu bagi anak2nya

“Kesaktian kasih ibu”

Seorang ibu adalah yang tak pernah berhenti memikirkan anak-anaknya. Dalam sehatnya, dalam sakitnya.  seorang ibu tetap menanyakan anak-anaknya, Bagaimana kehidupannya, bagaimana usahanya, bagaimana ibadahnya, ibu terus mengawasi  perkembangan anak-anaknya, tak peduli sudah berkeluarga atau belum.
Sakitnya ibu adalah sakitnya anak-anak, kabar sakitnya ibu menyesakkan dada anak-anaknya. Meninggalkan semua pekerjaan untuk melihat kondisi ibu tersayang. Untuk sesaat ibu merasa bahagia melihat semua anak-anaknya berada disampingnya. Dalam sakitnya ibu kembali menanyakan tentang kehidupan anak-anaknya. Untuk sejenak karena sakitnya ibu, anak-anaknya baru bisa mengusahakan pulang, untuk sesaat karena sakitnya membuat anak-anaknya mengingat ibu, karena sakitnya membuat anak-anak untuk berbakti, dan karena sakitnya...... kenapa ibu harus sakit dulu demi melihat anak-anaknya....., kenapa karena sakitnya???
Namun dalam sakitnya, di sepertiga malam, dalam tahajudnya ibu menyebut nama anak-anaknya satu persatu. Dalam do’a panjang yang berbalut dinginnya malam yang menusuk tulang, ibu pun tetap memohon pada Yang Kuasa untuk kebaikan anak-anaknya.
Ibu  yang tak pernah berhenti memikirkan anak-anaknya, ibu yang selalu mengusahakan kehidupan yang baik untuk anak-anaknya, ibu yang selalu ada buat anak-anaknya, ibu yang selalu menyembunyikan tangisnya di hadapan anak-anaknya, ibu yang selalu tegar demi anak-anaknya, ibu yang selalu mampu berdiri mengdampingi kepincangan anak-anknya, ibu yang selalu membela anak-anaknya.
Demi Tuhan...... ia adalah seorang ibu yang selalu ada untuk anak-anaknya. Kasihnya yang tak pernah usang meski ditelan umur.
Maafkan kami bu, yang baru sedikit berbakti padamu......
Yogyakarta, 1 oktober 2012
Hari kesaktian pancasila  (hari kesaktian kasih ibu)
Dedicate for my mother
By
Dhie Fie Sayhida


“Ibuku superheroku”

Sedingin es dimusim salju
Tanpa cahaya menerangi bumi
Dingin menyelimuti hariku
Tungku perapian tak bisa buatku hangat
Namun pelukan ibu…..
Laksana surya menyinari alam
Aku tak perlu selimut ataupun perapian
Kehangatannya selalu kurasa
Meski dia jauh, aku jauh
Pancaran kasihmu tak pernah jauh
Ibu……begitu tegar
Melabihi karang yang selalu dihempas ombak
Lautan maafmu…..
Tak bisa ku analogikan

Tangisku adalah senandung bagimu
Senyumku adalah ceriamu
Pesona cleopatra memudar
Saat engkau berdiri pada dunia
Dan…..Saat kubayangkan parasmu
Lebih indah dan sejuk
Dibanding lukisan nyata
Pelangi dan langit biru
Cinta kasihmu……
Kekuatan asaku melangkah

Superman, batman, spiderman
Aku tak butuh mereka
Karena ibu-ku, super hero-ku

by

Dhie_Fie Syahida



dia adalah temanku

“Hadapi bukan hindari”

Tentang sebuah mimpi yang masih tersigap dalam ingatanku. Bahwa semua itu ada dalam hidupku namun belum menjadi nyata. Tentang sebuah mimpi yang masih berliku jalannya untuk kutempuh, tersandung, dan kadang kala berujung pada kebuntuan, berbalik arah menjadi jalan yang harus kupilih karena tembok di depan terlalu tinggi untuk kuloncati, terlalu keras untuk ku hancurkan. Memutar arah, berarti butuh waktu untuk kembali  kejalan tadi dan mencari jalan yang lain.
Ini ada sebuah kesalahan tentang sebuah mimpi yang kususun dalam satu jalan saja. Kerikil, batu, berlikunya jalan, tanjakan dan kebuntuan tak pernah kuperhitungkan sebelumnya, karena aku hanya tau berjalan dan berjalan. Hingga akhirnya aku sering terjatuh dan terjatuh.
Tentang sebuah mimpi yang kini mulai usang dalam ingatanku...... mulai tidak mengerti bagaimana harus berjalan lagi di jalan itu. “ah..... biar saja aku berhenti disini”, selalu ada suara-suara yang berusaha mematahkan kakiku untuk berjalan. Dan aku pun lelah untuk mendengar suara-suara itu, hingga kuputuskan menutup telingaku rapat-rapat, tp ternyata tak pelak dari telingaku, hingga suara itu menggema dan tersimpan dalam ingatanku. Seolah seperti hantu yang selalu mengikutiku.
Salah..... salah.... harusnya aku tak sekedar menutup telinga, harusnya aku menutup mulut-mulut mereka juga. Menutup mulut mereka dengan sebuah penyelesaian yang baik bukan hanya sekedar menghindari, menyelesaikan apa yang mereka perbincangkan tentang kepincanganku. tak ada pilihan lain untuk menutup mulut mereka adalah dengan aku sembuh dari kepincanganku. Dan kembali melangkah di jalan yang telah kususun kembali, bukan hanya satu arah, tapi banyak cabang di sana, cabang-cabang yang menghubungkan antara mimpi-mimpiku dan tujuanku. Jika nanti jalanku buntu diujung, maka aku punya persimpangan agar aku berbelok arah, bukan berbalik arah dan takan pernah lagi kutemui kebuntuan di jalan mimpiku.
Namun suara-suara mereka akan selalu muncul dalam setiap perjalananku, tapi kini aku tak pernah menganggapnya serius, itu hanya batu loncatan ketika aku harus menaiki sebuah tangga, tangga-tangga keberhasilan tentunya.
Masih tentang sebuah mimpi yang kini mulai ada pencerah. Dan akan kusambut itu dengan senyuman untuk menyumbat perbincangan mereka dari kepincanganku......
Ternyata dengan tak lagi pincang suara itu mereda....
Dengan selesainya tugasku, suara itupun telah menghilang...
Dan akhirnya dengan senyuman, ku songsong masa depanku......

“kepincanganku harus kuselesaikan sendiri dengan bijak”
“Bukan menutup telingaku, tapi menutup mulut mereka dengan kerja kerasku”
“Bukan menghindari, tapi menghadapi”
“Bukan hanya satu arah, tapi banyak arah”
“Bukan hanya untuk disimpan sendiri, tapi untuk orang lain”
“Bukan hanya satu teman, tapi banyak teman”
“Dari semua itu hanya ada yang benar-banar satu...... it’s my God”

@eidelwis yogyakarta, 26 september 2012
Dedicate for my self and my friends Asniyah Naila Sariy n  Nur Faizah
By
Dhie Fie Syahida


Selasa, 18 September 2012

sandaran hati (Letto)

yakinkah ku berdiri di hampa tanpa tepi
bolehkah aku, mendengarMu
terkubur dalam emosi
tanpa bisa bersembunyi
aku dan nafasku merindukanMu
terpuruk ku di sini, teraniaya sepi
dan ku tahu pasti Kau menemani
dalam hidupku, kesendirianku
teringat ku teringat
pada janjiMu ku terikat
hanya sekejap ku berdiri
kulakukan sepenuh hati
peduli ku peduli
siang dan malam yang berganti
sedihku ini tak ada arti
jika Kaulah sandaran hati
kaulah sandaran hati
sandaran hati
inikah yang Kau mau
benarkah ini jalanMu
hanyalah Engkau yang ku tuju
pegang erat tanganku
bimbing langkah kakiku
aku hilang arah
tanpa hadirMu
dalam gelapnya malam hariku


 " Tuhan..... jika ini memang jalanMu yang harus kutempuh, akan kulangkahkan perjalanan hidup ini untuk menujuMu, sakit dan jatuhnya aku adalah kehendakmu, pun kesenangan dan kesuksesanku juga kehendakMu..... bimbinglah aku Tuhan dalam proses perjalanan hidupku ini.......... ^_^ " thx my God



yogyakarta 18 september 2012
by
Dhie Fie Syahida

Sabtu, 11 Agustus 2012

secangkir bintang......

Diusiaku yang masih kecil, kehijuaan alam terasa sangat dekat, ia menumpahkan ceriaku dalam sebentuk keindahan yang natural. Angin pagi yang menggodaku setiap pagi seolah mengajakku untuk segera bergegas menyambut cahaya mentari yang mulai menerobos celah ranting dan daun yang masih menyisakan embun bening diunjungnya. Titik-titik embun itupun mulai menjatuhkan dirinya ke tanah kering untuk sedikit mengobati dahaga sambil menunggu hujan benar-benar membasahinya. Suara deburan ombak pantai memecahkan keheningan pagi, ia adalah musik penyemangat dalam sepi. Kuncup bunga-bunga di taman pun mulai bermekaran menatap mengikuti laju putaran matahari, paduan warna-warninya semanis permen lollipop pemberian ayah. Ya………… sayang sekali kalau harmoni pagi terlewatkan hanya dengan ekspresi yang datar. Dan…………. Akhirnya kuawali pagiku yang menakjubkan ini dengan senyum simetri…………….
    Perlahan matahari mulai meninggi, peluhku pun menetes dalam teriknya, perlahan menguras energi semangat pagi. Alam mulai disusupi suara bising kendaraan bermotor dan pabrik-pabrik, polusi udara kini mulai menyesakkan dadaku. Kesejukan hembusan angin selalu kuharapkan menghapus peluhku, seiring kulihat awan putih yang bergelombol membentuk suatu gambaran abstrak dan terus berjalan terbawa angin lalu menghilang. Tajamnya  biru yang memenuhi langit membuatku jatuh cinta padanya, pada warna yang memberi keindahan hati ditengah panasnya siang yang menggeliat. Sentuhan biru langit adalah lukisan nyata yang sama sekali berbeda dengan hijaunya alam.
    Merasakan tekanan udara sore dalam genggaman tangan yang kurasakan lewat benang layang-layang seolah membuatku ikut menari-nari dalam irama gerak angin yang teratur. Perlahan mataharipun siap bersembunyi menutup hari, birunya langit terbias dalam rona merah langit sore. Burung-burung mulai pulang keperaduan. Matahari pun akhirnya dengan sempurnya menutuh indahnya hari,…. WOU…….UOW………. sunggung harmoni alam yang sanggup menghipnotis mata, mendiamkan kata, dan membisukan suara manusia. Bagiku inilah keindahan hidup dalam terangnya siang di bawah matahari tanpa kelabunya langit.
    Diusiaku yang beranjak dewasa, keheningan malam merasuk dalam sepinya hati dari saing. Kelip kunang di taman mengganti warna-warni bunga yang kembali kuncup, remang sinar bulan menyejukkan mata dari silaunya matahari siang. Seperti kedip mata yang merayu, kerlip bintang menggodaku nikmati suasana malam, kerlipnya seolah beririgan dengan gemericik air sungai. Rasi bintang-bintang mencuri perhatianku dari semua keindahan yang ada. Simbol segi lima yang bersinar memenuhi langit malam, memaksa mataku untuk tidak ingin terpejam. Melihat bintang dengan lebih dekat selalu menjadi mimpiku, bintang yang mampu memanjakan rasa lelahku, bintang pun telah mengingatkanku tentang harapan ayah padaku. Secangkir bintang dalam dahaga kerinduan tentang ayah menjadi pelipur dalam laraku. Dan semakin ingin ku lihat bintang lebih dekat………….. hmm….. itu bintang atau kamu yang ingin kulihat lebih dekap, itu bintang atau kamu yang ingin kugapai, itu bintang atau kamu yang kadang muncul dalam gerimis, itu bintang atau kamu yang menyimpan aura ayah, itu bintang atau kamu yang bersinar di waktu malam……. Itu bintang atau kamu…………..
    Masih dalam usiaku yang beranjak dewasa, ketika kubisa melihat bintang lebih dekat, ketika kugapai bintang itu, ketika kurasakan keberadaan aura ayah pada kerlip bintang, dan ketika mimpi itu jadi nyata dihidupku, ternyata semua salah dan tak seindah mata memandang, tak seindah hati merasakan…………. Bahwa yang benar adalah bahwa bintang itu hanya indah bila dilihat dari jauh, tidak dari dekat, tidak untuk dimiliki………. Bahwa bintang itu hanya indah jika dilangit, tidak dibumi. Bahwa ada jarak menjadikan bintang itu indah, dan…….tidak selamanya dekat itu indah.

Jumat, 27 Juli 2012

Mereka adalah guru kita semua…….



Wahai tunas Islam semua
Putra-putri belia, MWI berseru padamu
Buka pintu hatimu……..
Bersedia membimbing kita
Menuju jaya cita-cita…
Menjadi manusia mulia
Berpribadi satria…..
                                (Mars MWI)

                Tepat pukul 6.30 dering HPku berbunyi, membangunkanku dari tidur pagi sesudah sahurku hari jum’at ramadhan…… hmm… ada sms dari seorang teman lama di aliyah,dengan mata yang masih tertahan kantuk, huruf-haruf di HP masih terasa kabur dan pelan-pelan ku baca pesan itu………. Kata pertama membuatku terbelalak serta merta menghilangkan kantukku pagi ini. “innalillahi wa inna ilaihi roji’un”…… ya kata itu yang pertama tercetak dengan huruf kapital, kata yang mengisyaratkan akan suatu kematian, detak jantungku pun menderu lebih cepat seperti genderang perang. “siapa” hanya itu yang terfikir setelahnya olehku, siapa yang meninggal? Dengan hati-hati dan seksama kuteruskan membaca sms, pencarianku pun terhenti pada sebuah nama yang lagi-lagi tercetak dengan huruf kapital “BAPAK H. ABDUL MANAN”. Nama yang sangat lekat dalam ingatanku dan mungkin ingatan semua murid-murid beliau.
          Pikiranku pun mengembara liar ke masa lalu, dimana aku masih duduk di bangku Tsanawiyah, saat beliau mengajar Tarekh, dan memberi kesan pertama yang lucu, dengan kisah-kisah sejarah kenabian yang digubahnya menjadi sebuah dongeng yang penuh dengan improvisasi dan kelucuan, dengan gaya beliau yang sangat lucu, kami pun selalu  tertawa lepas mendengar kisah-kisah dalam pelajaran Tarekh, dan ini yang selalu kami nanti-nantikan ketika pelajaran Tarekh, seakan kami menjadi murid TK yang menunggu dongeng yang penuh fantasi dan imajinasi kami masing-masing. Apalagi ketika beliau pulang haji, ceritanya semakin gokil dengan bualan beliau yang sangat menarik. Tapi aku yakin beliau bukan sengaja membohongi kami dengan cerita yang dibuat-buat, beliau mungkin hanya ingin membuat bagaimana sejarah bisa menarik bagi anak-anak, tidak membosankan. Dan kenyataannya memang kami jadi senang dengan pelajaran Tarekh, senang menanti cerita beliau tentang perjuangan Nabi.
          Hal lain yang kuingat dari beliau adalah pada saat pelajaran Qiro’ah, beliau selalu menggambar sesuai judul, gambar delman adalah salah satu gambar yang kuingat. Karena kelucuan dan keceriaan beliau membuat kami jadi tidak takut, ada kedekatan tersendiri bagi kami murid-muridnya terlebih ketika beliau menjadi wali kelas kami yang pertama di kelas IC,karena itu kami kadang main ke rumah beliau, tapi kadang beliau sedang di sawah, kami pun dengan sabar menunggu beliau pulang. Pernah suatu ketika kami main dan di tinggal sama beliau entah kemana dan cukup lama, waktu beliau masuk ke ruang tamu, kami terkejut, beliau membawa “KULUB BUDHIN” dengan antusiasnya beliau bilang kalau ini bukan kulub biasa karena bikinnya pakai “sajeng” (air nira dari manggar pohon kelapa yang biasa untuk membuat gula jawa/gula merah). Ya…. Dengan polosnya kami bilang, wah jadi ngrepotin neh pak, padahal kami senang sekali, kami pura-pura malu untuk makan kulub itu, tapi ketika beliau kebelakang sebentar, kami semua langsung makan,…. Uuhhh dasar anak-anak kalau ga ada orangnya aja baru berani makan padahal dari tadi udah nahan pingin makan, hehehe…….
          Itulah beliau dalam kenangan kami sekarang, seorang guru yang kami rasa tidak pernah marah di kelas ataupun diluar kelas, guru yang mengenalkan kami tentang sejarah kenabian.
          Kenangan tentang guru-guru yang lain pun tiba-tiba muncul dalam ingatanku. Tentang bapak “ahmad rozin” atau yang akrab kami panggil dengan “pak Tiran”. Beliau adalah guru bahasa Arab kami……  الدّرس الاوّÙ„  itulah bahasa Arab pertama yang kami tau dari beliau. Pak Tiran suka duduk di sebelah murid-murid yang perempuan kadang ngobrol atau sekedar menanyakan orang tua kami, tapi kalau beliau duduk di sebelah murid yang laki-laki, beliau selalu minta dipijitin…… dan ga kebayang dulu kami harus menghafal 20 dars tiap ujian lesan catur wulan. Biarpun susah kami pun tetap berjuang untuk menghapalnya meski kami belum terlalu paham nanti manfaatnya menghapal buat kami, tapi ketika kami menterjamahkan bahasa arab atau kami disuruh membuat kalimat, kadang kami mengingat-ingat bahasa Arabnya dalam hafalan tersebut.
          Lain lagi dengan almarhum bapak “Prapto”,  beliau adalah guru Fiqh, mengajarkan kami tentang tata cara ibadah, tapi yang aku ingat adalah ketika beliau bilang
       ما هو الإسلام ؟itulah yang beliau pertama ajarkan pada kami. Mengajarkan pada kami bagaimana tata tertib shalat yang benar, tentang puasa, dan tentang ibadah-ibadah yang lain.
          Lalu tentang bapak “Marjuned”. Sebenarnya saya tidak pernah diajar beliau, karena ketika saya masuk aliyah beliau sudah pensiun, tapi beliau tetaplah menjadi bagian dari keluarga MWI, beliau mengajar tafsir yang kata kakak-kakak kelas kalau menerjemahkan sangat cepat sekali, jadi anak-anak sering ketinggalan menulis muqoyadahnya. Hahaha….. kebiasaan anak-anak MWI kalalu sudah begini, mereka ngampasi di bukunya, atau ada yang menulis utuh, kami biasa sebut dengan Koran, tapi inilah yang sering dicari anak-anak kalau mau ujian.
          Dan yang terakhir yang takan pernah hilang dan takan pernah usang dalam memoriku adalah bapak “Syahida”. Beliau adalah guru faroid di aliyah, mengajarkan tentang ilmu waris,mungkin cerita lengkapnya bisa anda baca pada tulasan saya yang berjudul “in memorial”
          Ya….. itulah sepenggal kisah tentang guru-guru kami di MWI, yang perjuangannya takan pernah terhapus dalam sejarah MWI. Bapak Abdul Manan, beliau yang mengenalkan kami tentang sejarah kenabian, bapak Ahmad Rozin yang mengajarkan kami tentang bahasa Arab, memperkaya kosa kata bahasa Arab kami, bapak Prapto yang mengajarkan kami bagaimana beribadah yang benar, bapak Juned yang mengajarkan kami tentang tafsir ayat-ayat al-Qur’an, dan bapak Syahida yang mengajarkan pada kami tentang ilmu waris.
          Mereka adalah bapak bagi kita semua murid-muridnya, perjuangaannya yang tanpa tanda jasa yang kita semua tidak bisa membalasnya. Wafatnya mereka  menyimpan kesedihan tersendiri bagi kami, perjuangan di medan jihad ilmu pengetahuan mudah-mudahan menjadi amal jariyah yang takan perah terputus bagi mereka guru-guru kami.
Bapak maafkan kami yang mungkin pernah berbuat tidak sopan kepadamu, yang mungkin menyakiti hatimu, dan dengan kesedihan yang mendalam banyak dari sebagian kami yang tidak bisa mengantarkanmu sampai tempat peristirahatan terakhir, namun do’a kami selalu teriring teruntukmu bapak-bapak kami…… terimakasih atas ilmu yang engkau berikan pada kami….. terima kasih karena engkau telah mengantarkan kami pada cita-cita kami….. terima kasih untuk bekal yang engkau berikan untuk menata masa depan kami…

Kita siswa-siswi MWI
siap berkorban tuk mengabdi
menuntut ilmu dengan semangat murni
mencari kebenaran abadi
dengan Qur’an dan sunah Nabi
jagalah diri….
Kita berkarya dan beramal
Berjihad untuk Islam nan jaya……….
Berjihad untuk islam nan jaya………….
                        (hymne ipmawi)
Dedicate for my lovely teachers and my school
Memory @ Yogyakarta
Jum’at 27 Juli 2012
BY
Dhie Fie Syahida

Senin, 25 Juni 2012

in memorial


In Memorial

Derai hujan membasahi bumi
Iringi kepergianmu dari sisiku
Samar terdengar langkahmu menjauh
Memudar tanpa jejak dan menghilang
Ku tak mampu hadapi semua
Ku tak sanggup lewati waktu
Tanpa hadirmu yang selalu mengilhami……
                        (krisna & new spektrum)

Delapan tahun berlalu dalam sebuah “memory”……. Ya hanya sebuah “memory”. Dan takan pernah menjadi memori yang “spesial” bagi siapapun, karena bagi orang lain mungkin ini hanya sebuah cerita masa lalu, dan mungkin akan segera “usang” dalam ingatan. Dan bagi orang yang tidak mengenalnya ini adalah sebuah cerita “biasa”.
* Cerita tentang seorang “guru” di sebuah madrasah swasta di desa kecil. Bagi orang lain beliau adalah seorang guru, hanya seorang guru atau mungkin seseorang yang dalam sejarah terkait dengan perjuangan madrasah itu. Dan hanya sebatas itu orang mengenalnya, sebatas seorang “guru” yang ceritanya semakin “usang” seiring berjalannya waktu.
“namun” di balik semua itu beliau adalah sosok ayah bagi anak2nya, dan juga bagiku, dia adalah ayah…. Ya hanya sosok ayah yang ku kenal darinya.
Dimana orang mulai melupakan namanya, nama yang mulai “usang”.
* Mungkin tak ada yang mengingat ketika beliau berangkat pagi2 ke sekolah, dengan buku yang di jinjingnya tanpa tas, peci hitan yang dikenakannya, dengan sepatu yang selalu mengkilat. Ya memori itu sudah hilang, tapi tidak bagi anak2nya.
* Suasana belajar di kelas dengan suasana yang kompetitif yang sehat tanpa sadar tercipta, beliau selalu memberi soal dan bagi siswa yang sudah selesai mengerjakan soal lansung membawa ke meja beliau, siswa berlomba menjadi yang tercepat mengerjakannya. Dan ini bagi sebagian teman2ku, juga bagi alumni yang pernah diajar beliau, memori ini mungkin sudah hilang, tapi tidak bagiku, karena aku mengenangnya sebagai seorang “ayah”. Bukan sebagi seorang “guru”
* di kelaspun dia tetap ayah bagiku. Dan ini menjadikanku mengingat banyak memori di kelasnya. Aku masih ingat ketika beliau sering bilang pada siswa yang belum sarapan untuk izin keluar tidak mengikuti pelajaran sebentar, untuk sarapan di kantin. Dan aku yakin memori ini juga hilang dalam ingatan siswa2nya.
“namun” dalam cerita anak2nya nama itu takan pernah “usang”, meskipun beliau sudah tidak ada, namun namanya takan pernah “usang” sampai kelak dalam keadaan apapun.
Dan aku bersyukur menjadi putri kecilnya, karena dengan itu, memori tentangnya takan pernah “usang” dalam ingatanku.
* Ada hal yang membuatku benci padanya sewaktu aku masih kecil. Yaitu ketika aku bermain kesorean sampai ga mandi2, beliau selalu memukulku dengan kayu atau menyambukku dengan sapu lidi bahkan sampai aku dikejarnya ketika aku kabur. Pukulan ayah selalu aku takutkan karena terasa sakit dan perih, dan selalu saja aku menangis kesakitan……… memori ini juga takan perah “usang” meskipun pedih tapi hal ini kurindukan darinya, rindu “perhatian” darinya.
* dalam pernikahan kedua kakakku. suasana haru pilu selalu mewarnai, kucuran air mata yang tertahan ketika akad nikah diucapkan, membuat dada terasa sesak. Entah apa yang terjadi dalam perasaanku, dalam perasaan semua kakak2ku, kami mungkin merasakan kehadirannya dengan cara kami masing2.
Memori semua tentang seorang “guru” yang itu adalah ayahku memang adalah seutuhnya milik keluargaku. Bukan memori orang lain dan “bukan lagi” dalam sejarah sekolahan itu.
“Namun” gedung sekolah yang di depan mata itu seolah selalu berbicara pada “kami”. Tentang sebuah memorinya, tentang sebuah “mimpinya”. Mimpi yang mungkin sulit diteruskan oleh “kami” anak2nya.
Sebuah sekolah yang sepertinya sedikit demi sedikit menjauh dari cita-citanya, juga cita-citaku. Sebuah “paradoks” yang terjadi dalam sudut pandang. Dan aku pun tak berani mengungkap lebih jauh lagi di sini, karena mungkin ini murni hanya perasaanku saja. Terasa KAKU dalam sebuah perjuangan pendidikan di sekolah, dan enntahlah….. bahkan aku sempat mendengar, kakak2ku yang bekerja disana merasa lelah untuk berjuang terus, tapi aku bangga pada mereka, karena sampai detik ini masih bertahan walaupun kadang lelah dan putus asa.
Tinggal aku sekarang……..? dalam kondisi sekarang, di titik sekarang, dalam kebimbangan dan keragu-raguan tentang “mimpiku” “mimpi ayah” “mimpi sekolah”, menjadi sebuah “trilogi” yang “paradoks” tanpa “titik temu” dalam tujuan hidupku. Karena terkadang ada perasaan kecewa yang terlintas tentang kondisi sekarang “apapun itu” terhadap sebuah gedung di depan mata yang kini hanya bisa membisu……..
And the end,  everything about you, “my father”, is always in my dream although I am in a doubt about it
Maaf ayah………

Dedicate for my father
Memory in Yogyakarta
Senin, 25 Juni 2012

(Dhie Fie Syahida)


Kausalitas

Senja sore ini langit begitu merah merayu….. memanjakan rasa lelah setelah sehari beraktivitas. Tidak heran seorang perempuan paruh baya men...