Sabtu, 11 Agustus 2012

secangkir bintang......

Diusiaku yang masih kecil, kehijuaan alam terasa sangat dekat, ia menumpahkan ceriaku dalam sebentuk keindahan yang natural. Angin pagi yang menggodaku setiap pagi seolah mengajakku untuk segera bergegas menyambut cahaya mentari yang mulai menerobos celah ranting dan daun yang masih menyisakan embun bening diunjungnya. Titik-titik embun itupun mulai menjatuhkan dirinya ke tanah kering untuk sedikit mengobati dahaga sambil menunggu hujan benar-benar membasahinya. Suara deburan ombak pantai memecahkan keheningan pagi, ia adalah musik penyemangat dalam sepi. Kuncup bunga-bunga di taman pun mulai bermekaran menatap mengikuti laju putaran matahari, paduan warna-warninya semanis permen lollipop pemberian ayah. Ya………… sayang sekali kalau harmoni pagi terlewatkan hanya dengan ekspresi yang datar. Dan…………. Akhirnya kuawali pagiku yang menakjubkan ini dengan senyum simetri…………….
    Perlahan matahari mulai meninggi, peluhku pun menetes dalam teriknya, perlahan menguras energi semangat pagi. Alam mulai disusupi suara bising kendaraan bermotor dan pabrik-pabrik, polusi udara kini mulai menyesakkan dadaku. Kesejukan hembusan angin selalu kuharapkan menghapus peluhku, seiring kulihat awan putih yang bergelombol membentuk suatu gambaran abstrak dan terus berjalan terbawa angin lalu menghilang. Tajamnya  biru yang memenuhi langit membuatku jatuh cinta padanya, pada warna yang memberi keindahan hati ditengah panasnya siang yang menggeliat. Sentuhan biru langit adalah lukisan nyata yang sama sekali berbeda dengan hijaunya alam.
    Merasakan tekanan udara sore dalam genggaman tangan yang kurasakan lewat benang layang-layang seolah membuatku ikut menari-nari dalam irama gerak angin yang teratur. Perlahan mataharipun siap bersembunyi menutup hari, birunya langit terbias dalam rona merah langit sore. Burung-burung mulai pulang keperaduan. Matahari pun akhirnya dengan sempurnya menutuh indahnya hari,…. WOU…….UOW………. sunggung harmoni alam yang sanggup menghipnotis mata, mendiamkan kata, dan membisukan suara manusia. Bagiku inilah keindahan hidup dalam terangnya siang di bawah matahari tanpa kelabunya langit.
    Diusiaku yang beranjak dewasa, keheningan malam merasuk dalam sepinya hati dari saing. Kelip kunang di taman mengganti warna-warni bunga yang kembali kuncup, remang sinar bulan menyejukkan mata dari silaunya matahari siang. Seperti kedip mata yang merayu, kerlip bintang menggodaku nikmati suasana malam, kerlipnya seolah beririgan dengan gemericik air sungai. Rasi bintang-bintang mencuri perhatianku dari semua keindahan yang ada. Simbol segi lima yang bersinar memenuhi langit malam, memaksa mataku untuk tidak ingin terpejam. Melihat bintang dengan lebih dekat selalu menjadi mimpiku, bintang yang mampu memanjakan rasa lelahku, bintang pun telah mengingatkanku tentang harapan ayah padaku. Secangkir bintang dalam dahaga kerinduan tentang ayah menjadi pelipur dalam laraku. Dan semakin ingin ku lihat bintang lebih dekat………….. hmm….. itu bintang atau kamu yang ingin kulihat lebih dekap, itu bintang atau kamu yang ingin kugapai, itu bintang atau kamu yang kadang muncul dalam gerimis, itu bintang atau kamu yang menyimpan aura ayah, itu bintang atau kamu yang bersinar di waktu malam……. Itu bintang atau kamu…………..
    Masih dalam usiaku yang beranjak dewasa, ketika kubisa melihat bintang lebih dekat, ketika kugapai bintang itu, ketika kurasakan keberadaan aura ayah pada kerlip bintang, dan ketika mimpi itu jadi nyata dihidupku, ternyata semua salah dan tak seindah mata memandang, tak seindah hati merasakan…………. Bahwa yang benar adalah bahwa bintang itu hanya indah bila dilihat dari jauh, tidak dari dekat, tidak untuk dimiliki………. Bahwa bintang itu hanya indah jika dilangit, tidak dibumi. Bahwa ada jarak menjadikan bintang itu indah, dan…….tidak selamanya dekat itu indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kausalitas

Senja sore ini langit begitu merah merayu….. memanjakan rasa lelah setelah sehari beraktivitas. Tidak heran seorang perempuan paruh baya men...